Blogger Widgets
Twitter : @Epirogenesa_ | Fb : Efi Pujijayanti

Senin, 16 Maret 2015

Masa remaja, adalah masa dimana seseorang mulai menginjak titik tengah dari perjalanan hidupnya. Disana ia mulai menuangkan jiwanya bersama orang-orang di sekelilingnya. GR, PD, dan segala hal yang berbau perasaan semakin terasa kental pada usia ini. Ini adalah bagian yang paling menyenangkan dalam sepanjang  hidup. Bagian yang paling dinantikan dan paling tidak ingin ditinggalkan. Tapi disini, banyak hal yang bertolak belakang dengan keinginan remaja. Em, dari sisi yang disenangi segolongan remaja misalnya.

Remaja itu paling suka apabila bersama orang-orang yang menarik baginya. Mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan bermain, bergerombol kemana-mana, atau sekedar bertukar kalimat bersama setiap debu yang berpindah-pindah. Dan semua itu tentunya dilakukan dengan tanpa adanya beban. Ya, bisa saja dengan mulai berbagi cerita tentang  KEHIDUPAN ASMARANYA yang lagi bergelora-bergeloranya.
Begini misalnya, “hey, dia tampan, sepertinya aku tertarik, aku menyukainya”, “hey, kenapa dia tidak pernah mengetahui rasa sayangku, padahal aku tak pernah ketinggalan kabarnya”, “hey, dia meninggalkanku demi gadis lain, dia memang tidak punya perasaan”. Ya, obrolan yang seperti ini biasanya dilakukan pada gerombolan-gerombolan kaum hawa. Dengan penuh perasaan, penuh dengan kasih, dan suka berputar-putar kalimat, alias tidak to the point.
Beda dengan gerombolan-gerombolan kaum adam. Mayoritas dari mereka lebih suka membicarakan sesuatu yang agak sangar. Mungkin intinya memang sama, tapi bahasa yang digunakan berbeda. Misalnya begini, “bro, gue naksir dia”, “bro, gue abis putus”, “bro, gue mau nembak dia”. Mereka lebih menjurus pada inti dari obrolan yang dibicarakan. Tidak suka berbelit-belit ketika bicara.

Tapi, berbeda lagi dengan segolongan remaja lain yang lebih suka berdiam diri dengan membaca buku, atau bergabung dengan anak-anak lain yang sepemikiran dengannya dalam berpikiran tentang masa depan. Mereka mungkin lebih berpikir kalau masa remaja adalah masa dimana ia bisa menanam sebanyak-banyaknya untuk dituai ketika masa itu telah berakhir. Bagi mereka, dalam hal perasaan mungkin memang dirasakan, hanya saja tidak terlalu menjadi prioritas utama.


Dilihat dari 2 golongan remaja tadi, memang berbeda. Dalam pencapaian menuju masa selanjutnya, biasanya golongan pertama sering menyesali dengan apa yang dilakukan saat remaja, karena tidak berpikir mengenai apa yang akan ia alami pada masa selanjutnya. Namun, pada golongan kedua, mereka jauh lebih bersyukur atas kerja kerasnya, meskipun banyak juga diantara mereka yang agak minder karena kebiasaan yang tidak suka bersosialisasi, sehingga membuatnya menjadi kesepian atau hal yang lain.

Ya begitulah masa remaja, setiap orang memiliki pilihan masing-masing yang berbeda. Mungkin saya dan Anda juga memiliki pilihan yang berbeda. Namun satu hal yang perlu ditekankan, jangan pernah menyesali apa yang Anda lakukan saat ini hanya karena kebodohan Anda yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Untuk Kakanda

Dalam tatapmu, ku tangkap nada tak berkata
Parasmu, memancarkan alunan kasih tak berkisah
Mendayu-dayu, pelan, indah
Senyap ini mendamaikan jiwa raga
Menerbangkan segala angan
Menggantungan impian terkagum

Tangan itu adalah sentuh yang ku pendam
Tak lebih dari pandangan awal
Awal saat mata ini terjatuh pada sosokmu
Menjalar pada seluruh hembusan
Yang dengan beraninya memanggil

Ku tuai setiap kata, tanpa pangkal tak berujung
Dalam senyummu yang tertutup
Dalam lembutmu yang tersembunyi
Disitu, kudapati sepucuk harum keagungan

Kakanda, izinkanku terbang bersama sang khayal
Merajut senyum dan lembutmu dalam rasaku
Ya.. meski dengan atau tanpa dirimu 

Apakah petir itu hujan?



Hari ini bergemuruh
Berderu senjata tak terasa
Telah ku lihat laju tulisanmu
Penuh ragu yang menderuku
Itu kamu?
Apa benar itu kamu?
Tidakkk..
Daku tidak bisa meyakinkan
Itu bukanlah kamu
Aku yakin, itu bukan kamu
Karena..
Kamu adalah sejuk
Kamu mendamaikan
Ya, seperti hujan
Dan itu tadi apa?
Itu petir
Amat keras
Mengerikan dan menakutkan
Hujan yang slalu dinantikan kedamaiannya
Apa mungkin berubah menjadi petir yang menyambar?
Tapi aku tak yakin
Bagiku, kamu tetaplah hujan
Dan petir itu adalah pihak lain yang berada di tengahmu
Merusak keindahanmu, hujan
Aku sudah menyukaimu layaknya hujan
Untukku, kau adalah pengisi kebinasaan
Tapi itu petir !
Petir yang bisa membunuhku
Aku butuh alasan yang tertimbang

Apakah petir itu kamu, hujan?

IBU

Saat mentari mencapai puncak
Panggilan adzan mulai diserukan
Para umat tertawa canda dengan dirinya
Tiada satu duka yg hadir
Tapi.. di ujung ruangan itu
Ada apa disana?
Ada siapa disana?
Entahlah, tak begitu jelas terlihat
Terdengar hembusan nafas penuh tanda
Terdengar tangisan perjuangan
Merintih kesakitan perlahan membuat sesosok itu hendak tersungkur
Teriakan itu semakin keras, semakin keras, dan menggemparkan seluruh ruangan
Sang mentari menyoroti dari balik ventilasi ruangan
Ketika itu, jerit tangis manusia berubah seketika,
Tangis itu berubah menjadi suara malaikat
Ya.. malaikat itu telah menjeritkan dunia

Dan sesosok wanita itu sekarang disebut ‘IBU’

Sekadar Rindu dalam Kaset


Sunyi ini kumasuki lagi
Kuputarkan kaset lama yang mulai kusut
Angin di luar bergerombol di dekatku
Semua bertopang satu sisi

Sepi..
Sepi ini ku tembus lagi
Aku masuk pada ruang kosong yang dulu penuh
Penuh akan sejuta rasa yang kini tak ber-asa
Kedipan mataku menyemburkan pilu rindu
Hembusan nafasku tak pernah berhenti berbisik
Dia.. anugerah tak ternilai
Ialah nada yang beralun menuju nirwana
Ku terawang bayang dalam rinduku
Tak pernah usai ku bergulat dengan kenangan
Mungkin mendung tidak selalu hujan
Tapi mendung selalu berbau hujan
Seperti rindu yang tak kunjung terwujud
Kaset dalam sunyiku mulai bermain
Kitalah pemeran utama
Hanya dua lakon yang bergerilya dengan hati tak tertata
Mengusik segala risau dengan irama tawa
Membuat dunia penuh hanya dengan dua lakon
Dua lakon yang membuat semuanya terjadi
Apapun.. ya apapun..
Apa yang tak bisa dilakukan? Semuanya bisa
Inilah keajaiban dari-Nya
Salah satu keindahan dari keagungannya
Ini sangat indah, hingga menyusutkan setiap kataku
Bersamping berdua bagai not nada yang bernyanyi
Terus mengalun indah tiada terhenti
Rindu..
Yang membuat tubuhku terikat erat
Hingga tak bisa lagi ku beranjak
Terhembus aromanya.. Terdengar detakannya
Semua jelas dalam relung kasih yang pekat
Ingin yang terpendam, semakin memuncak di awang-awang
Sayatan lama yang semakin rancu, belum juga usai terlahirkan
Akulah yang menantinya berkelana
Berpangku kaset-kaset penuh kisah ku berkawan
Esok, ketika dua lakon bermain kembali
Telah ku siapkan kaset baru
Sampai hayatku habis
Tak akan ada sesal yang membengkal
Inilah hal penuh keagungan
Yang terukir semakin menguak tak bisa dielakkan
Rindulah yang selalu membungkamku untuk berkisah
Rindulah yang memaksaku menikmati hayalan lalu

Ya, hanya sekadar rindu dalam kaset

Dulu, Sekarang

Hari ini kucoba rangkai kata-kata sederhana
Ku jentikkan jariku, dan ku kirimkan padanya
Hati ini bergemuruh menanti suatu balas
Mata ini mulai sembab dengan bayang-bayang lensanya
Mata yang dulu melihatnya kini berair
Air itu mengalir disamping benda yang dulu menghirup nafasnya
Membekas pada yang dulu dicubitnya
Melewati dua garis yang dulu mengembang senyum
Hingga akhirnya ia jatuh pada lahan yang dulu menjadi pijakanku dengannya
Debu-debu gersang berterbangan
Menjadi selimut menutup kenangan
Kenangan-kenangan dalam kertasnya
Kini suram tanpa dirinya lagi
Bekas jemari yang dulu berirama dalam kisahku
Kini mengering dan hilang
Tak ada pengandaian yang tak bisa berandai
Dengan suatu pengecualian
Tanpanya yang kuandaikan
Bernaung cerita lama yang kini telah hangus
Saat ini, kedua jemari kami tlah renggang
Tak saling bersentuhanSudah berbeda angin
Berbeda pijakan
Berdiri sendiri-sendiri dengan senyum masing-masing
Ku harap kita masih akan saling memandang kembali
Meskipun berbeda lahan..

Minggu, 02 Maret 2014

Saat Rindu..

Pernah gak ngerasa kangen sama orang yang bener-bener jauh banget darimu? Jauh secara lahir dan batin? Disaat dulunya kamu belum kenal dia, sampe kamu kenal dia, kamu deket sama dia, kamu nyatu sama dia, kamu renggang sama dia, kamu pisah sama dia, dan ya sekarang kamu beneran udah jauh sama dia. Em, siapa yang minta jauh belum nentuin siapa yang bakal ngerasa kehilangan. Bisa aja yang ngerasa kehilangan itu malah dia yang minta pisah, bukan yang dinggalin. Aneh ya? Iya sih, namanya juga umur-umur kaum muda gini, dimana kita belum bisa milih keputusan yang paling baik. Bisa aja keputusan yang cuman sedekar mampir di otak trus kita tangkep, atau bisa juga keputusan yang diambil dari hipotesa yang gak sesuai dengan teorinya.

Em, tapi gini, sekarang keadaannya udah beda. Udah beneran jauh. Jauh banget. Bisa sih liat, ya namanya juga anak sosmed. Ngestalk aja tapi. Sakit? Nahan banget? Wajar. Gengsinya masih lebih banget ya. Udah nyoba jalan dari ujung lagi buat nyamperin dia yang di tengah sana, tapi ternyata dianya malah gak ngasih tangannya buat ngajak kita kesana. Balik badan aja enggak, cuman ngobrol sambil nengok. Padahal kitanya udah kePDan ngulurin tangan pake senyum termanis. Aduh aduh, rasanya gitu lah.

Atau mungkin bisa juga diibaratin kita tuh udah beneran ngobrol, iya ngomong, tapi akunya ngadep sini, kamunya ngadep sana. Ya gak bisa lah. Gimana lagi, udah gak bisa saling nengok apa ya? Bisa. Pasti bisa. Tapi mungkin kita lagi sama-sama sibuk ngeliat sekeliling kita aja dengan fokus. Besok? Bisa jadi kita nyatu trus liat sekeliling bareng-bareng lagi (mungkin loh, mungkin).

Ngurusin kangen tuh ribet ya, kayaknya semua organ tubuh jadi ikut ngerasain. Mulai dari otak yang biasanya berpikir ke depan, tiba-tiba puter balik mikir ke belakang. Mata mulai berbalik bayang-bayang yang udah-udah. Idung kempas-kempis nahan biar gak kebawa suasana sendu. Tangannya udah bergetar-getar pengen nulis apa gitu buat yang dikangenin. Apalagi hatinya, aih, gak bisa dijelasin lagi bentuk rasanya.
Kenapa ya kangen itu harus ada? Capek ya rasanya?  Iya, sama. Tapi banyak kok yang bisa bikin kangen yang tak tersampaikan malah bikin semangat.  Gini misalnya, bangun tidur udah kangen banget sama someone. Dan itu beneran gak tersampaikan. Jadiin semangat aja, jangan malah lemes. Misal yang masih sekolah ya lakuin aja kegiatan-kegiatan disekolah dengan semangat, ibaratnya ntar kalo kamu selalu dapat yang terbaik dari yang lain, kangen kamu bakal disampaikan ke dia sama Tuhan. Do’a aja, biar Tuhan yang menindak. Tuhan tau kok apapun yang kamu rasain. Jangan kawatir kalau kamu sendirian.


Tapi, kangennya ya jangan dilarut-larutin. Kalau kamu kangen sama artis Korea misalnya, kayak Jang Geun Suk, atau Park Shin Hye, ya jangan berharap  banget dapat kesampaian. Setidaknya kamu jadiin dia itu motivasi aja lah. Gimana ya, ya emang jadiin motivasi itu susah, tapi apa boleh buat ya, namanya juga manusia, banyak rasa yang bikin seneng, bikin susah, ya tapi jalanin aja. Ini anugerah dari Tuhan loh. Jangan nyalahin Tuhan. Gak gimana-gimana sih, tapi biasanya orang yang suka kecewa atau susah dalam kehidupannya memang nyalahin Tuhan, dan makin jauh. Salah, justru kamu harus makin deket sama Dia. Buktiin aja deh, kalau kamu emang saat ini masih belum deket sama Tuhan, coba mulai sekarang biasain curhat apapun sama Tuhan, ceritain keluh kesahmu, beberapa hari aja, ya seminggu lah. Dan lihat, apa yang bakal kamu rasain selanjutnya. Kalau dari survey di aku sendirinya sih berpengaruh banget. Jadi lebih ikhlas, dan ketagihan. Hihi. Maksudnya ketagihan itu gini, jadi lebih percaya kalau cerita sama Tuhan, daripada yang lain. Dan kayaknya banyak keberuntungan yang aku dapetin. So, percayakan aja semuanya sama yang ngatur ya. Semua udah ada jalannya J